Selasa, 16 Desember 2014
Membangun kemampuan berpikir kritis siswa
Setiap orang dapat belajar untuk berpikir dengan
kritis karena otak manusia secara konstan berusaha memahami pengalaman. Dalam
pencariannya yang terus – menerus akan makna, otak dengan tangkas menghubungkan
ide abstrak dengan konteksnya di dunia nyata. Otak menyenangi jenis hubungan
yang harus dilakukan oleh pemikir kritis karena hubungan semacam ini menghargai
bukti, meniliti asumsi, dan memeriksa bahasa dengna teliti.
Menurut Freire, pendidikan dengan paradima kritis
menempatkan peserta didik sebagai subjek. Bagi Freire, fitrah manusia sejati
adalah menjadi subjek bukan menjadi objek (Suyatno, 2009:4). Sedangkan Dewey
mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, persisten (terum
menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang
tidak ada pertimbangan dalam menerimanya dipandang dari sudut alasan – alasan
yang mendukungnya dan kesimpulan – kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya.
Dengan mendefinisikan berpikir kritis sebuah proses
‘aktif’, Dewey ingin mengkontraskannya
dengan cara berpikir di mana siswa menerima begitu saja gagasan – gagasan dan
informasi dari orang lain dan ini disebut sebagai sebuah proses ‘pasif’. Bagi
Dewey, berpikir kritis secara esensial adalah sebuah proses ‘aktif’,
proses di mana siswa memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam, mengajukan
berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan, dibandingkan dengan
menerima berbagai hal dari orang lain sebagian besarnya secara pasif (Fisher,
2009:2).
Berpikir
kritis sebagai proses yang presistent (terus menerus) dan teliti. Dewey
mengkontraskannya dengan cara berpikir kritis yang tidak direfleksikan yang
kadang – kadang memutuskan sebuah keputusan dengan tidak teliti. Bahakan untuk memutuskan
dengan segera atau isu itu tidak cukup penting untuk dipikirkan secara lebih
mendalam, tetapi mengambil keputusan
dengan segara sering dilakukan ketikadiharuskan untuk mengambil jeda dan
berpikir sehingga harus diam sejenak.
Berpikir
kritis di dasari dengan alasan – alasan yang mendukung suatu keyakinan dan
kesimpulan – kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. untuk
mengungkapkan pemahaman ini dalam bahasa yang lebih familiar, Dewey menandaskan
hal – hal yang menjadi alasan untuk meyakini sesuatu dan implikasi dari
keyakinan – keyakinan. Bukanlah sesuatu yanng disebar – sebarkan jika dikatakan
berpikir kritis memberi pengaruh besar terhadap penalaran, untuk mengemukakan
alasan – alasan dan untuk mengevaluasi penaralan sebaik mungkin(Fisher,
2009:2-3).
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Arsip Blog
-
▼
2014
(52)
-
▼
Desember
(37)
- CIRI-CIRI KEMANDIRIAN
- MATEMATIKA SEKOLAH
- PENGERTIAN GEOMETRI
- HAKIKAT MATEMATIKA
- HAKIKAT DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
- EVALUASI
- PILIHAN GANDA
- TES BUATAN GURU
- TES
- PENGERTIAN KEMANDIRIAN
- TEKNIK PENGUKURAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
- KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS
- KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
- PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS
- MOTIVASI
- PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS
- KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
- KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS
- Membangun kemampuan berpikir kritis siswa
- Teknik pengukuran kemampuan berpikir kritis
- Pengertian metode probing prompting
- Pengertian Media Pembelajaran
- Fungsi Media Pembelajaran
- MULTI MEDIA BERBASIS KOMPUTER
- KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
- PENGERTIAN KOMPETENSI GURU SOSIAL
- INDIKATOR KOMPETENSI SOSIAL GURU
- PENGERTIAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
- Keterkaitan antara kompetensi sosial guru terhadap...
- PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
- FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA MEDIA PEMBELAJARAN
- Prinsip dan Kriteria dalam Pemilihan Media Pembela...
- Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
- Media Pembelajaran Audio Visual
- Multimedia Pembelajara
- Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
- HASIL BELAJAR
-
▼
Desember
(37)
0 komentar:
Posting Komentar